Bumi manusia

0 komentar
Bumi Manusia bukan sebuah novel tunggal. Ia adalah sebuah tetralogi tentang kisah Minke, seorang priyayi Jawa yang berjuang keluar dari tatanan pola pikir masyarakatnya yang konvensional pada zamannya.
Setelah Bumi Manusia, nove berikutnya adalah Anak Semua Bangsa, dan Rumah Kaca.
Minke begitu terkesima dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan cara pikir barunya yang dibawa oleh guru-gurunya, orang Belanda, di sekolah.
Namun, di saat yang bersamaan, cara berpikir progresif bangsa Eropa yang dia dapat di sekolah bertolak belakang dengan sistem penjajahan kolonialisme yang menjadikan masyarakat pribumi sebagai strata sosial ketiga setelah bangsa Eropa dan Tionghoa.
Minke bukan sekada tokoh imajiner Pram. Ia adalah sosok nyata yang dikembangkan Pram sedemikian imajinatif.
Minke adalah RM Tirto Adhie Soerjo, tokoh pers, yang mengembangkan perlawanan dalam spirit nasionalisme masyarakat jajahan lewat tulisan-tulisannya di koran-koran yang diasuhnya.
Bagaimana kisah perjalanan lengkap Minke dan Tirto dalam tetralogi itu?

Sumber : kompas.com

Read More »

Sejarah dewa susanoo

0 komentar
Susanoo atau Takehaya Susanoo-no-Mikoto, populer disebut Susanoo-no-Mikoto, adalah dewa laut dan petir menurut mitologi Shinto.[1]Catatan tentang Susanoo tertulis di buku Kojiki pada tahun 680 M dan 720 M di buku Nihongi.[2]

Lukisan Susanoo bertarung melawan Yamata-no-Orochi

Mitologi menurut Kojiki dan NihongiSunting


Read More »

Kisah sejarah izanami dan izanagi

0 komentar
Izanagi (Aksara katakana: イザナギ) adalah saudara laki-laki dan Suami dari Izanami.[1][2][3] Ia juga dewa pencipta dunia dan juga merupakan anggota dari enam dewa pencipta menurut mitologi Jepang dan sinto.[1] Kisah mengenai Izanagi diceritakan dalam dua karya yaitu Kojiki (catatan kuno) dan Nihongi (sejarah jepang). Izanagi disebut juga dengan julukan “pria yang mengajak” dan orang jepang melafal namanya dengan panggilan Izanagi-no-Okami.[2]

Izanagi dan Izanami menciptakan Jepang.
Bersama dengan istri sekaligus saudara perempuannya, Izanagi diberi mandat untuk menciptakan dunia.[2] Bersama-sama dengan Izanami, mereka membentuk kepulauan Jepang dan masyarakatnya hanya dengan melemparkan tombak bulan sabit ke lautan. Merekapun membangun berbagai macam kreasi seperti laut, angin, pepohonan, dan pegunungan.[3] Lokasi tempat mereka membangun dunia berada dinamakan Ama-no-Uki-Hashi atau jembatan apung surga.[4]

Istri Izanagi banyak melahirkan dewa-dewi, namun akhirnya mati karena luka bakar parah setelah melahirkan dewa api yaitu Kagutsuchi, lalu mayatnya dikuburkan di gunung Hiba.[1]Karena sedih atas kematian istrinya, izanagi menggunakan pedang yang panjang untuk memenggal kepala anaknya sendiri, dewa api.[4] Lalu dari darah Kagutsuchi terlahir dewa batu, dua dewa api, dan satu dewa air.[3]
Karena rasa rindu yang kuat terhadap Izanami, Izanagi pun bertualang ke Yomi-no-Kuni atau neraka dengan tujuan untuk membawanya kembali tetapi Izanami menolak dan memintanya menunggu.[4] Tidak sabar, izanagi pun menyalakan obor dan terkejut melihat wujud asli izanami yang sudah membusuk seperti mayat, lalu kabur meninggalkan istrinya.[4] Izanami yang marah karena sikap izanagi yang menjauhinya, dia pun mengirimkan dewa peti dan para iblis untuk mendapatkan izanagi kembali.[4]
Para ajudan izanami yang mengejar Izanagi mengunci dunia bawah, tetapi berhasil dilewati oleh sihirnya izanagi.[1] Seketika itu pula ia menemukan tiga buah persik dan melemparkan buah-buah tersebut ke arah para iblis; mereka pun terpencar.[1] Pada saat terakhir, izanami mencoba menggapai izanagi, tetapi ia melempar sebongkah batu raksasa ke pintu masuk neraka, dan berhasil mengunci Izanami untuk selamanya.[1]Izanami pun menyumpah bahwa dia akan membunuh setiap 1000 orang jepang setiap harinya, dan itulah sebab kenapa setiap harinya ada 500 orang anak terlahir dan 1000 orang meninggal.[3]
Setelah mengalami kejadian tersebut Izanagi kembali ke alamnya, lalu Ia melakukan ritual penyucian diri di alam dewa dan mulai mencuci wajahnya.[2] Dan ketika ia membasuh mata terciptalah dewi matahari atau Amaterasu.[2] Lalu, ketika ia membasuh mata kanannya, muncullah dewi bulan Tsukuyomi. Terakhir, dari hidungnya terlahir Susanoo dewa laut dan petir.[2]



Read More »

Zaman sejarah jepang

0 komentar

Zaman PaleolitikSunting


Kapak batu yang diekskavasi dari situs B Hinatabayashi, ShinanoPrefektur Nagano dari zaman Pra-Jōmon (Paleolitik), 30.000 SM. Museum Nasional Tokyo.
Zaman Paleolitik Jepang berlangsung dari sekitar 100.000 hingga 30.000 SM, dimulai dari penggunaan perkakas batu dan berakhir sekitar 12.000 SM pada akhir zaman esterakhir yang sekaligus awal dari periode Mesolitik zaman Jōmon. Bukti-bukti penggalian arkeologi menunjukkan kepulauan Jepang sudah dihuni orang sejak 35.000 SM.[2] Kepulauan Jepang terpisah dari daratan Asia setelah zaman es terakhir sekitar 11.000 SM. Setelah terungkapnya pengelabuan zaman Paleolitik Jepang oleh peneliti amatir Shinichi Fujimura,[3] bukti-bukti asal zaman Paleolitik Bawah dan zaman Paleolitik Tengahyang diklaim oleh Fujimura dan rekan-rekan telah diteliti ulang dan ditolak.

Zaman JōmonSunting


Sebuah bejana dari zaman Jōmon Pertengahan (3000-2000 SM).
Zaman Jōmon berlangsung dari sekitar 14.000 SM hingga 300 SM. Tanda-tanda pertama peradaban dan pola hidup stabil manusia muncul sekitar 14.000 SM dengan adanya kebudayaan Jōmon yang bercirikan bercirikan gaya hidup pemburu-pengumpulsemi-sedenter Mesolitik hingga Neolitik. Mereka tinggal di rumah-rumah yang dibangun di atas tanah yang digali dan di atasnya didirikan rumah beratap dari kayu. Orang zaman Jōmon sudah mengenal bentuk awal dari pertanian, tetapi belum mengenal cara menenun kain dan pakaian dibuat dari bulu binatang. Orang zaman Jōmon mulai membuat bejana tanah liat yang dihias dengan pola-pola yang dicetakkan ke atas permukaan bejana sewaktu masih basah dengan menggunakan tongkat kayu atau tali atau simpul tali. Walaupun hasil penelitian menimbulkan keragu-raguan, menurut tes penanggalan radiokarbon, beberapa contoh tembikar tertua di dunia berasal dari Jepang, disertai pisau belati, gioksisir dari kulit kerang, dan barang-barang keperluan rumah tangga lainnya berasal dari abad ke-11 SM.[4]Boneka tanah liat yang disebut dogū juga ditemukan dari situs ekskavasi. Barang-barang rumah tangga menunjukkan kemungkinan ada rute perdagangan yang jauhnya sampai ke Okinawa[butuh rujukan]. Analisis DNA menunjukkan bahwa penduduk asli Hokkaido dan bagian utara Pulau Honshuyang disebut suku Ainu adalah keturunan orang zaman Jōmon dan merupakan keturunan dari manusia pertama penghuni Jepang[butuh rujukan

Read More »